Sabtu, 28 Februari 2009

bidadari yang sempurna

Kemanakah engkau akan membawaku, duhai bidadari yamg sempurna. Dan berapa lama lagi aku harus mengikutimu diatas jalan yang berliku ini, yang penuh tumbuhan semak berduri.

Berapa lama lagi ruh ruh kita nak turun diatas bebatuan jalan berliku  ini dengan penuh kesakitan. 

Sperti anak kecil mengikuti ibinya, aku mengikutimu, memegangi ujung terjauh pakaianmu, melupakan impian impian, ku mengagumi kecantikanmu yang menyilaukan mataku dibawah pesona iringan iringan hantu hantu yang melayang diatsku dan menarikku lewat suatu kekuatan batin di dalam diriku yang tak bisa ku sangkal.

Sejenak berhenti dan biarkanlah aku memandang wajahmu dan memandang diriku sebentar waktu, mungkin aku akan mempelajari rahasia rahasia hatimu melalui tatapanmu yang ganjil.

Berhenti dan istirahat.aku letih dan jiwaku gemetar takut diatas jalan ini. Berhentilah, karena kita telah sampai dipersimpangan yang mengerikan dimana kematian memeluk kehidupan.

Degarkanlah aku, wahai bidadari, aku bebas bagaikan burung menyisiri lembah hutan belantara dan terbang dilangit yang luas.

Pada malam hari aku istirahat dikuil kuil dan istana istana dikota awan dan pelangi dimana matahari membangun kota dipagi hari dan merusaknya dihadapan senja.

Aku bagai pemikir yang berjalan sendiri dalam damai menuju timur & barat semesta, merasa bahagia akan keindahan dan kegembiraan hkehidupan, menyelidik ke dalam rahasia kebenaran yang begitu indah.

Aku sebuah mimpi yang mencuri diam diam dibawah sayap malam yang ramah, masuk melali atap yang tertutup kedalam peraduan para gadis, mempermainkan dan membangkitkan hasrat muda.

Lalu aku duduk dekat anak anak dan membumbungkan keinginanya. lalu kuperiksa tempat tinggal orang tua dan merasuki pikiran pikiran mereka dengan kesenangan damai.

Lalu engkau menangkap khayalanku dan sejak saat itu aku merasa terlena bagaikan tawanan menyeret belenggunya dan dipaksa tinggal ditempat tak dikenal.

Aku mabuk oleh anggurmu yang manis, mencuri keinginanku dan kini kutemukan bibirku mencium tangan yang telah mematahkan diriku.

Tidakkah engkau melihat dengan mata batinmu yang menghancurkan hatiku?

Berhenti sejenak aku peroleh kembali kekuatanku dan melepaskan kepentan kakiku dari rantai rantai yang berat. telh kepecahkan cawan empat ku minum racun yang nikmat......... tapi kini aku berada di negeri yang asing dan kebingungan memilih jalan mana yang kutempuh.

Kebebasaku telah pulih kembali, akankah engkau menerimaku sebagai seorang sahabat sejati yang memandangi matahari dengan kerlingan dan memegang apapun dengan jemari yang tak  bergetar.

Telah kurentangkansayap sayapku dan aku siap melayang, maukah engkau menyertai pemuda melewatkan hari hari pengembaraannya melintasi gunung gunung serupa elang dan melewatkan malam malam mengembara menyisir padang pasir bagai singa yang gelisah.

Apakah engkau akan puas dengan kasih sayang seorang yang memandang cinta hanya seorang penghibur dan menolak menerima sebagai majikannya.

Akankah engkau menerima sebuah hati yang mencinta, namun tak pernah memberi? membakar namun tak pernah meleleh?

Akankah kau merasa senang dengan jiwa yang menggigil di hadapan prahara namun tak pernah menyerah?

Akankah kau menerima orang sebagai sahabat yang tidakmenciptakan budak budak dan tidak pula menjadi budak?

Akankah kau memilih diriku tanpa harus menguasai dengan mengambil tubuhkudan bukan hatiku?

jika demikiannilah tanganku, genggamlah dengan tanganmu yang indah, dan inilah tubuhku peluklah dengan lengan cintamu, dan inilah bibirku berkahilah dengan ciuman mesra yang melenakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar